Lompat ke isi utama

Berita

Indaru S. Nuprojo: Bawaslu Perlu Tingkatkan Profesionalisme, Inovasi, dan Kedekatan dengan Generasi Muda

Indaru S. Nuprojo: Bawaslu Perlu Tingkatkan Profesionalisme, Inovasi, dan Kedekatan dengan Generasi Muda

Dr. Indaru S. Nuprojo (Akademisi FISIP Unsoed), sampaikan paparan dalam kegiatan Penguatan Kelembagaan Pengawas Pemilu Bersama Mitra Strategis yang digelar Bawaslu Kabupaten Purbalingga di Braling Grand Hotel, Rabu (3/9/2025)

Purbalingga – Akademisi FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr. Indaru S. Nuprojo, menekankan pentingnya evaluasi kinerja pengawasan Pemilu, khususnya terkait kecepatan dan ketepatan dalam menangani permasalahan. Hal itu ia sampaikan dalam kegiatan Penguatan Kelembagaan Pengawas Pemilu Bersama Mitra Strategis yang digelar Bawaslu Kabupaten Purbalingga di Braling Grand Hotel, Rabu (3/9/2025).

Menurut Indaru, aspek penyelesaian masalah yang dilakukan Bawaslu akan sangat berpengaruh pada kepercayaan publik maupun peserta Pemilu. Karena itu, kapasitas dan profesionalisme sumber daya manusia pengawas Pemilu harus menjadi perhatian utama.

“Kompetensi teknis, netralitas, integritas, serta kemampuan manajemen stres dan beban kerja perlu dimiliki oleh setiap jajaran pengawas, mulai dari tingkat TPS hingga kabupaten. Kinerja Bawaslu akan diukur dari hal-hal tersebut,” jelasnya.

Selain penguatan SDM, Indaru juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam pengawasan Pemilu. Ia menambahkan, koordinasi dan kolaborasi antar lembaga menjadi faktor penting, baik dengan KPU, aparat penegak hukum, maupun masyarakat sipil dan relawan.

“Seberapa baik koordinasi dengan KPU akan sangat menentukan, apakah sifatnya konstruktif atau justru konfrontatif. Begitu juga dengan kepolisian dan kejaksaan, ini harus menjadi titik evaluasi bersama,” katanya.

Dalam hal pencegahan pelanggaran, Indaru menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi yang inovatif. Ia menilai Bawaslu perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman, terutama dalam menjangkau pemilih muda melalui media sosial.

“Masih ada masyarakat yang belum tersentuh kegiatan sosialisasi partisipatif. Bawaslu harus menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan sesuai dengan karakter generasi Z. Selama ini, Bawaslu cenderung menggunakan bahasa yang terlalu kaku,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Indaru menyoroti pentingnya menyasar pemilih perempuan dan generasi muda. Menurutnya, dua segmen ini sering kali kurang terakomodasi dalam program sosialisasi, padahal memiliki jumlah pemilih yang sangat signifikan.

“Generasi Z adalah penentu arah bangsa. Mereka butuh informasi yang dikemas dengan gaya komunikasi mereka sendiri agar mudah diterima. Begitu juga dengan pemilih perempuan, yang harus lebih dilibatkan karena jumlahnya besar dalam Pemilu,” pungkasnya.

Melalui penguatan profesionalisme, inovasi, serta kedekatan dengan kelompok pemilih strategis, Bawaslu diharapkan mampu menjalankan fungsi pengawasan secara lebih efektif, sekaligus meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi di Indonesia.

Penulis : Rose Herni Lukikasari

Fotografer : Eko Darmawan Muji Saputro