Bersama Pelaku Seni, Bawaslu Purbalingga Sosialisasi Pengawasan Pilkada
|
Dalam rangka mendorong partisipasi aktif masyarakat ikut melakukan pengawasan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga tahun 2020, Bawaslu kembali gencarkan sosialisasi pengawasan, kali ini dengan menggandeng kelompok seni Purbalingga, bertempat di rumah kediaman Kepala Desa Kaliori Kecamatan Karanganyar Purbalingga.
Hadir dalam acara tersebut Kepala Desa Kaliori, Kelompok seni Seni Jabang Tetuka, Kelompok Seni Kusuma Carangga Purbalingga, Nawang Krida Kertanegara dan Kelompok Seni Kaliori Mesem.
Dalam sambutannya, perwakilan dari Kelompok Seni Jabang Tetuko, Tuwuh, menyampaikan bahwa dalam pilkada harus diawali dan didasarkan dengan ikhlas tanpa imbalan apapun "Dasar inilah yang kita inginkan dalam suatu pemilihan pemimpin. Malam hari ini yang disampaikan Bawaslu kita akan bantu untuk menggerakkan pemangku adat dan pelaku seni untuk sengkuyung kawal demokrasi” jelas Tuwuh.
Ditengah sambutan yang sedang dibacakan, ke gegeran terjadi. Salah satu peserta mengamuk dan mencari ketua Bawaslu Purbalingga melakukan kesalahan dengan membawa Kudi “ndi Bawaslu ne ndi, aku pengen weruh, ndi ketua Bawaslune ? kieh ngeneh tak komongi, ndi ngeneh” ucap Arif lantang.
Usut punya usut ia membawa pesan dari masyarakat Purbalingga. Dengan skenario yang rupanya telah dibuat oleh Kelompok seni Jabang Tetuko, berhasil menghipnotis para peserta yang hadir.
Filosofi Kudi ini merupakan suatu alat yang serba bisa digunakan orang Purbalingga, dan Banyumas itu Sendiri. Kudi yang dibawa memiliki arti mlakuning budi, kudu dadi apike atau dalam bahasa Indonesia yaitu harus menjadi baik. Kudi yang dibawa adalah kudi cancan. Kudi pucuke lancip yaitui dengan ujung yang tajam, hampir seluruh senjata tentunya memiliki ujung yang runcing dan tajam sama halnya dengan masyarakat Indonesia, sama wujudnya sehingga harus adil. Blendukan weteng kudi yaitu merupakan bentuk perwujudan weteng (kekuatan). Manusia harus memiliki niat dan kekuatan salah satu ciri khas masyarakat adalah dengan kekuatannya mereka bekerja keras. Dan yang terakhir adalah Karak. Karak dengan wujud yang tidak menarik namun karak ini memiliki manfaat yaitu sebagai pengunci antara pisau dan pegangannya hal ini memiliki filosofi bahwasanya setiap manusia tentu memiliki manfaat dan berguna. Kudi merupakan identitas masyarakat Purbalingga. Hal ini disampaikan oleh Arif salah satu pelaku seni yang memerankan skenario tersebut dengan dialek bahasa Jawa Ngapak.
Rupanya kudi yang dibawa tersebut untuk selanjutnya diserahkan kepada Ketua Bawaslu Purbalingga Imam Nurhakim “Semoga kita bersama Bawaslu bisa bareng-bareng ngawasi, mayuh pada bersatu, pak Ketua mayuh tampani pusaka kie semoga Bawaslu bisa mlaku, adil cekelan karo undang-undang supayane slamet kabehan” ucap Arif menyerahkan seraya berharap dengan diserahkannya Kudi, masyarakat Purbalingga dapat bersatu melaksanakan pengawasan dan menyongsong pilkada 2020 mendatang.
Dalam sambutannya, Imam Nurhakim mengucapkan terimakasih dan apresiasi atas semangat dan kesukarelaan para pelaku seni Purbalingga yang bisa berkolaborasi dengan Bawaslu bersama mengawal dan mengawasi Pillada 2020 mendatang.
"Sebuah gerakan yang positif, dimana setiap elemen bangsa mau bersatu padu mengawal proses demokrasi, termasuk di dalamnya adalah para pelaku seni yang merupakan bagian penting dalam kehidupan berbangsa ikut menjaga dan mengembangkan nilai-nilai demokrasi, khususnya mengawal dan mengawasi penyelenggaraan Pilkada", tegas Imam.
Humas Bawaslu Purbalingga










